Share for friends:

Read Omerta (2001)

Omerta (2001)

Online Book

Author
Genre
Rating
3.66 of 5 Votes: 5
Your rating
ISBN
0345432401 (ISBN13: 9780345432407)
Language
English
Publisher
ballantine books

Omerta (2001) - Plot & Excerpts

Prolog: “Omerta” berarti hukum kehormatan Sisilia yang melarang pemberian informasi mengenai kejahatan-kejahatan yang dianggap merupakan skandal orang-orang yang terlibat.Novel ini adalah novel karangan Mario Puzo kedua yang saya baca setelah The Godfather. Kedua novel tersebut tidak berhubungan sama sekali, hanya saja sama-sama mengambil background kisah tentang kehidupan mafioso. Diceritakan bahwa Astorre Viola, seorang anak kecil keturunan Don Vincenzo Zeno, harus dititipkan kepada salah satu dari ketiga orang kepercayaan Don Zeno: Raymonde Aprille, Benito Craxxi, dan Octavianus Bianco dikarenakan Don Zeno dalam keadaan sekarat pada waktu itu. Semua kekayaan dan usaha dari Don Zeno kemudian dipercayakan kepada anak buahnya dan nantinya akan diwariskan kepada Astorre.Astorre kemudian hidup dan diasuh oleh Raymonde Aprille, dan tanpa diketahui olehnya, Raymonde mengganggapnya sebagai keponakan. Dengan bakat Sisilia yang dimiliki, ia tumbuh menjadi sosok yang tenang, terlihat baik, namun dingin, dan cerdas dalam bertindak. Ia dibesarkan sebagai seorang pengusaha makaroni di New York. Sampai suatu ketika, pada akhir masa pengunduran diri Don Aprille sebagai mafia, ia tewas dieksekusi oleh dua orang pembunuh yang belum diketahui identitasnya. Ketiga anak Don Aprille: Valerius, Marcantonio, dan Nicole sama sekali tidak tahu mengenai keadaan dan bisnis yang sebenarnya dari ayahnya mengingat mereka dibesarkan jauh dari kehidupan ayahnya dan tidak satupun di antara mereka dikenalkan dengan kehidupan mafia, kecuali keponakannya: Astorre.Beberapa pihak diduga terlibat dalam pembunuhan Don Aprille, mulai dari kepolisian lokal, FBI, ataupun kekuatan cosca yang tersisa waktu itu, Timona Portella. Menurut hukum adat Sisilia, Omerta, siapapun yang melanggar ketentuan yang telah disepakat, membocorkan rahasia kepada pihak luar, harus menanggung akibatnya. Hukuman yang setimpal bagi pelanggarnya yakni hukuman mati. Kisah selanjutnya berfokus pada bagaimana Astorre mengetahui siapa saja yang terlibat dalam pembunuhan Don Aprille, dan bagaimana ia membalaskan kematian Don Aprille.Kelebihant: Alur cerita cukup menarik dengan sentuhan khas Puzo, cerita yang kelam namun dianggap sebagai sesuatu yang normal di kalangan mafia. Intrik yang ada juga melibatkan beberapa pihak penting. Pencitraan dari Astorre Viola yang digambarkan sebagai pengusaha makaroni yang bersuara merdu ternyata mampu menjadi pembunuh berdarah dingin dengan skenario yang telah ia rancang untuk mencari tahu pembunuh Don Aprille dan melakukan hukum Omerta-nya sendiri.Ada beberapa potongan percakapan yang menurut saya menarik, seperti:1)“Aku sudah dua puluh satu tahun” kata Buji. “Kecantikan ini modalku. Saat berusia tiga puluh tahun, aku bisa menjadi ibu rumah tangga dengan setumpuk anak, atau kaya raya dan mandiri serta memiliki sebuah toko kecil. Tentu saja kita bersenang-senang bersama, tapi kau akan kembali ke Amerika, sedangkan aku tidak ingin ke sana – dan kau juga tidak akan membawaku. Kita nikmati saja kehidupan ini sebagai manusia bebas. Kau akan mendapatkan yang terbaik dariku sebelum aku bosan denganmu.” dan kemudian ia menambahkan ,”Lagipula kehidupanmu agak terlalu bahaya untuk bisa kuandalkan.” – hal 229Hubungan antara pria dan wanita terkadang cukup dinilai sebagai simbiosis mutualisme antara keduanya. Tanpa harus menjelaskan bagaimana kelanjutan hubungan mereka di masa depan, selama mereka berdua sama-sama menikmati hubungan yang terjalin, maka wajar-wajar saja hubungan itu berjalan. Walaupun terdengar klise, namun menurut saya retorika ini seringkali terjadi tanpa kita sadari.2)“Kukira aku sudah memberinya banyak uang,” kata Astorre. ”Benar-benar banyak. Kau tahu bagaimana pengaruh uang, Franky?”“Tidak, aku tidak tahu,” kata Franky.“Kupikir bayarannya pasti sangat besar, sehingga orang secerdas kalian bersedia menerima kontrak atas sang Don,” kata Astorre. “Satu juta? Dua juta?”Kekuatan suap, dianggap sebagai kekuatan yang mampu membalikkan pendirian atau bahkan mengkhianati kepercayaan seseorang. Sebegitu besar pengaruh uang dikisahkan dalam Omerta sehingga konflik berjalan. Percakapan tersebut mengingatkan saya pada praktik-praktik korupsi yang pernah ada di negara kita Kelemahan: Ekspektasi yang terlalu tinggi setelah membaca The Godfather, membuat saya agak kecewa dengan novel ini. Adanya “bumbu” yang kurang, yakni unsur ketegangan dan twisted ending dalam cerita. Pembaca merasa sudah tahu siapa pembunuh atau pengkhianat yang mengakibatkan Don Aprille terbunuh tanpa harus menghabiskan banyak waktu dan pikiran untuk menebak pelakunya. Unsur action dan ketegangan yang ditawarkan dalam setiap pembunuhan yang dilakukan tidak se-“wah” seperti The Godfather. Seakan alur cerita tertebak oleh pembaca dengan mudah.tBagaimanapun juga, saya udah terlanjur kesengsem sama tutur cerita dan intrik yang dibuat oleh Mario Puzo. Novel ini cukup menjadi daya tarik koleksi saya karena untuk mendapatkannya pun tidak mudah. Harus tanya sana tanya sini, pindah lapak sana, pindah lapak sini karena stok novel baru di beberapa lapak online, kosong. Overall, saya beri nilai 3,2 untuk novel ini.

Judul: OmertaPenulis: Mario PuzoPenerbit: Gramedia Pustaka UtamaDimensi: 432 hlm, 18 cm, cetakan kedua 2001ISBN: 979 655 795 9Keputusan Don Zeno memilih Raymonde Aprille sebagai ayah pengganti bagi Astorre--anaknya yang berusia 2 tahun--merupakan keputusan yang tepat. Don Aprille membesarkannya dengan baik, tanpa melupakan darah mafianya. Bahkan, Astorre menjadi pelindung bagi ketiga anak Don Aprille; Valerius, Marcantonio, dan Nicole serta menjaga banknya. Terlebih saat Don Aprille pensiun, lalu tak lama kemudian dibunuh. Pembunuhan yang terlalu sepi untuk seorang pemimpin mafia. Bahkan polisi, FBI, dan jaringan mafia sekitarnya terlihat tak peduli dan bungkam. Selama enam bulan, Astorre paham bahwa kebungkaman itu adalah bentuk Omerta--Hukum tutup mulut Sisilia yang telah berabad-abad menjadi dasar ukuran kehormatan kalangan mafia. Tapi, Astorre pun paham bahwa dunia kini tak lagi sama seperti dahulu, tanpa integritas dan penuh keserakahan. Dengan uang, Astorre berhasil mengumpulkan informasi dan membuat lawannya melanggar omerta. Ia memegang kendali yang cerdas, licin, dan tepat hingga ia pun menemukan siapa pemilik motif yang menyewa pembunuh bayaran profesional untuk membunuh sang Don Aprille. Beragam intrik dan negosiasi ditempuhnya, berurusan dengan para pimpinan mafia; Timmona Portella, Inzio Tulippa, Michael Graziella, diplomat peru Marriano Rubio, hingga pihak kepolisian dan FBI yang korup. Untungnya dia pun memiliki orang kepercayaan yang juga dapat diandalkan dan dimintai nasihat seperti Octavius Bianco, Benito Craxxi, dan Mr. Pryor. Tentu saja, dunia mafia tak lepas dari kesenangan akan harta, tahta, dan wanita. Bumbu romansa pun hadir sepanjang jalinan cerita.Meski pengemasan buku ini sebenarnya cukup membuat ngantuk--sebab kertasnya yang sudah menguning, berpotongan pendek dan kecil sehingga begitu tebal, serta margin yang rapat--bagi saya yang menyukai genre crime dan detective, tentulah buku ini tetap menarik. Alur ceritanya maju mundur, banyak kepentingan dan tokoh yang hadir, membuat konflik semakin meluas. Pemaparan beragam hukum mafia di Sisilia dan Amerika, serta akibat yang harus ditanggung bila melanggar seperti Fissolini--bahwa keluarga harus selalu berada di atas segalanya--pun menarik. Mungkin bila dijadikan film, akan menjadi film action yang keren. Sebenarnya, untuk mengungkap siapa pembunuh Don Aprille dapat dengan mudah diketahui di perempat halaman pertama buku ini. Penulis tidak menyajikan twist yang membuat saya terkejut, tapi penulis pandai membuat saya betah dan tak bosan untuk terus menekuri halaman demi halaman cerita ini dengan gaya bahasanya. Endingnya pun tidak terlalu luar biasa dan menurut saya cukup happy ending untuk kisah bergenre ini.Saya apresiasi 4 dari 5 bintang."Aneh bahwa seseorang tidak menyadari kefanaannya setiap detik dalam hidupnya." (Don Aprile, Hlm. 78)"Dengan semua pengetahuan bukuku, aku tidak pernah bisa membaca kepribadian seseorang yang sebenarnya." (Rosie, hlm. 192)"Jangan mengandalkan rasa terima kasih untuk kebaikan yang kaulakukan pada orang di masa lalu. Kau harus membuat mereka merasa berterima kasih untuk apa yang akan kaulakukan bagi mereka di masa depan." (Don Aprile, hlm. 279)Meta morfillah

What do You think about Omerta (2001)?

Having absorbed The Godfather a couple of years ago, I was really looking forward to Omerta, only to be disappointed in how flat it was. While Godfather had interesting, multidimensional characters who felt like they had proper motivations for their actions, Omerta feels more like a second-rate TV show in the depiction of its characters. They are drawn as simply and as lazily as possible. Their actions feel strange, though I sometimes felt Puzo was straining to do so.The story also lacked flair. It was very formulaic, and I felt that it lacked conviction. However, it does feature a lot of forward momentum, as in no scene is wasted. Puzo streamlines the whole narrative into a free flowing experience that may turn off some people, but it makes for a fast, decent read.I simply cannot recommend Omerta to any Puzo fan. If you're looking for the brilliance that can be found in The Godfather, don't look here. This book lacks interesting characters, and its narrative feels flat at best. Get this if you're looking for a quick read.
—Rajiv

Very entertaining mob novel from the late Mario Puzo. It's got a faster pace than "The Godfather" with less attention to psychological detail. Whereas "The Godfather" was a story with deep characters and emotion, "Omerta" is more of a fun thriller. Puzo writes so well here, it's a full mob drama with all of the slow stuff cut out. It's just bang-bang-bang as it goes through, great stuff. The novel continues Puzo's obsession of organized criminals with honor and corrupt greedy law enforcement butting heads. If you can deal with the fact that this book is a bit of Mafia propaganda, you'll be very entertained. I really liked it, looking forward to reading more of his books.
—Scott

As soon as I started reading 'Omerta', I knew I was going to enjoy it. 'The Godfather' is one of my all-time favourite books, and anybody who has read that, and fully appreciates Puzo’s captivating writing style, will find it just as evident here. 'Omerta' is a coming-of-age story about the son of the last known Don coming to deal with the legacy his father has left in his wake. Set in the late 1990s, after the New York Families had been seemingly brought to their knees, the feeling across America is that the Italian –American Mafioso is dead. That is, until a professional hit is taken out on Don Raymonde Aprile, a man who has long put his life of crime behind him. A mystery begins to unfurl about who would want the long-retired Don dead, and why, while his family come to terms with the fact they might be part of an ongoing feud. 'Omerta' was a compulsive page-turner, which I thoroughly enjoyed to about three quarters of the way through. Admittedly, however, I was disappointed in the ending. I’m sceptical, as many people were, that Puzo didn’t finish writing this novel, which didn’t have the explosive conclusion that some of its predecessors have had. Still, I think Puzo has a knack for character depiction which is unrivalled against any other author – he can somehow make over 30 characters feel vivid and easily identifiable. I was easily transported to his world of Sicilian Mafioso, and in particular, the gradual development of Astorre Viola in this story.
—Kerry

Write Review

(Review will shown on site after approval)

Read books by author Mario Puzo

Read books in series mario puzo's mafia

Read books in category Humor